Aku dapat dibilang kristen sejak lahir, tapi hidupku banyak mencerminkan kehidupan di luar Tuhan. Bagiku, pergi ke gereja hanyalah sebuah kewajiban yang memberatkan, karena aku merasa kalau aku tidak mendapatkan apa2. Hidup masa laluku pun banyak diisi hal2 yang mendukakan hatinya Tuhan, aku sering melihat AV (adult video), masturbasi, sering sengaja pulang malam setiap ada kebaktian sabtu malam sehingga aku bolos kebaktian. Aku selalu menghindari berkumpul dan mendengarkan Firman Tuhan bersama dengan teman2 seiman.
Orang tuaku selalu mengajakku ke gereja pada minggu paginya bila sabtunya aku tidak kebaktian, tetapi aku sering mencari2 alasan, dengan cara pura2 tidur pulas saat orang tuaku masuk dan mencoba membangunkanku. Aku menunggu hingga mereka pergi dan aku berhasil melewatkan seminggu lagi tidak bersekutu dengan Tuhan.
God, please forgive me for the stupid things I did
Bahkan hingga aku berada di Jerman pun, aku masih membawa sebagian CD2 AVku, selain membawa Alkitab dan renungan harian.
I am neither cold nor hot
If I died at that time, will I be in heaven?
Am I really christian? I dunno
Akan tetapi, kehidupan awal2 di Jerman, sangat mempengaruhi kehidupan rohaniku. Bukan karena Jerman adalah negara mayoritas kristen, tetapi karena aku merasakan ke-individual-annya orang2 disini, yang dalam hubungan sosialnya lebih berdasarkan kepentingan, dan aku pun merasa kesulitan untuk masuk ke dalam lingkungan mereka. Hal itu juga ditunjukkan oleh sebagian orang2 indo yang telah lama disini. Selain masalah sosialisasi, aku juga melihat kalau free sex, party, drugs, alcohol ada dimana2.
Aku sangat bersyukur karena meskipun hidupku tidak benar2 sepenuhnya untuk Tuhan, tapi didikan keluargaku yang kuat selalu menjadi sinyal di hatiku, aku menyadari kalau aku sedang berada di lingkungan yang berbahaya dan aku berusaha semampuku untuk tidak terjerumus dan jatuh, aku tidak ingin kesempatanku mengecap pendidikan di jerman menjadi sia2. Dan saat itulah aku mulai merasakan kalau diriku tidak mampu berjalan seorang diri di tengah kehidupan yang begitu berat ini, aku benar2 membutuhkan bantuan dari seseorang yang selama ini aku acuhkan. Aku butuh Tuhan.
Saat itulah mulai muncul keinginan dalam diriku untuk kembali mencari dan mengenal Tuhan, untuk mulai merasakan kehadiranNya. Dan keinginanku itu semakin harinya semakin bertambah besar, aku telah mencoba mencari2 gereja, bahkan gereja katolik dekat rumahpun aku kunjungi, sembari terus mencari2 gereja yang sesuai.
Saat aku masuk ke gereja katolik, aku hanya menemukan sebuah bangunan tua dan dingin, yang isinya penuh dengan orang2 tua, dan itu pun hanya 1/4 dari kapasitas total yang terisi. I tell you the truth, even churches in Indonesia are better than here.
Di rumah, aku juga mencoba untuk membuka dan membaca alkitab, melakukan saat teduh, meskipun seringnya hanya sekedar rutinitas belaka karena saat itu aku tidak mengerti. Firman Tuhan belum nyata untukku, aku masih belum punya persekutuan yang intim dengan Tuhan.
Tapi aku terus mencari dan mencari Tuhan, aku ingin berjumpa denganNya, aku ingin kenal Dia, aku ingin punya hubungan yang akrab denganNya, karena aku merasakan bahwa di Jerman, aku hanya dapat bergantung kepada anugerahNya saja.
Then, God opened His Way of Salvation for me
Dia memakai teman sekelasku di Master Chemical Engineering. Bayangkan! Ada pendeta kuliah disitu. O, my God, sometimes I think that he was there only for me. Tuhan pakai dirinya untuk mengenalkan aku kembali akan diriNya, untuk memulai perjalanan kehidupanku yang indah bersama Dia.
Hari itu Jumat, 13 April 2007. Aku bercakap2 dengan dia, dan dia mengajakku untuk mengikuti persekutuan di tempatnya pada hari minggu. Dari percakapan yang hanya sebentar itu aku merasa diingatkan kembali akan Tuhan.
God touched my heart, then I began to have desire to know Him more. Some words really made me think. Am I really saved?
Pertanyaannya sangatlah simple, dia bertanya, 'seandainya aku mati saat itu, aku akan ada dimana?' Saat itu, aku menjadi sangat terbeban, aku merasa pertanyaannya itu sulit dijawab olehku, karena aku yakin aku bakalan ada di neraka, tapi mulutku tidak mau mengakui itu. Akhirnya dia undang aku untuk kenal Tuhan di persekutuan di tempatnya. Tahukah apa yang terjadi? Selama Jumat-minggu pagi, aku tidak bisa berhenti memikirkan pertanyaan itu. Aku tidak ada ketenangan. Itulah yang Paulus bilang 'Godly sorrow leads to repentance'. Tuhan bener2 sentuh hatiku, dan aku tidak berdaya. Akhirnya pada hari Minggu, 15 April 2007. Aku menerima Tuhan dalam hatiku dan mengakui Yesus dengan mulutku sebagai juruselamat pribadiku. Bukan sekedar janji atau sekedar omongan terbawa emosi. Tapi aku bener2 berkomitmen kalau sejak saat itu, aku mau mengenal Tuhan lebih dalam lagi. Praise the Lord. Amen
No comments:
Post a Comment